Menziarahi Yang Meredup Setelah Membara Namun Dijaga Tetap Menyala #2
Saya merasa di usia saya sekarang ini, tidaklah elok jika harus mengumpat dan terlihat meledak-ledak di media sosial seperti saat usia belasan dulu, tapi mungkin untuk satu ini saya bisa sedikit permisif dengan mengumpati satu entitas musik ini dengan kata Brengsek! Ya, Brengsek! (Mengumpat dengan nada bapak-bapak diatas tigapuluh yang susah payah menjaga citra diri agar telihat selalu bijak dan penuh wisdom).
Pathetic Waltz, band seorang kawan yang saya kira sudah sampai di ujung perjalanannya, ternyata kembali dari hampir satu dekade tidur panjang dengan karya yang membuat kembali mengenang betapa saya sangat tergila-gila dengan musik mereka diawal karir. Saya masih ingat sekira awal 2013 merilis buah tangan berupa T-shirt untuk salah satu lagu mereka "She Like Pretty Owl" dan berhasil ludes terjual. Terlepas dari kedekatan secara personal dengan karya mereka dan juga beberapa personilnya, single "Laut (Pulang)" adalah karya yang membuat saya menerima kembali musik Pathetic Waltz ketika mereka memutuskan untuk merubah konsep dari akustik folk ke formasi full band. Diawali dengan ambien laut dan musik lalu disambut dengan sebait lirik kemudian dihajar sebaris kata-kata yang dibacakan sebagai sebuah spoken word, brengsek! Dengan pemilihan kata yang selalu brilian dari penulisan lirik, beginilah musik yang secara personal saya inginkan dari mereka!
Tidak salah jika sehari setelah single ini dirilis lini masa saya dipenuhi dengan story beberapa kawan yang menerima dengan sangat baik rilisan ini. Tak berlebihan juga jika salah satu kawan sampai memutar ulang enam kali berturut-turut dan mentasbihkan diri sebagai fans Pathetic Waltz nomer satu. Sedang saya sendiri memutar ulang beberapa kali lewat kanal spotify gratisan yang mengharuskan mendengar iklan sebelum memutar kembali lagu ini saat saya sedang menulis catatan ini. Apapun itu Berkaryalah, semoga Semesta selalu menyertai. Tabik!
0 comments