Surakarta, Oktober 2025
Komunitas Surai Sastra bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menghadirkan rangkaian kegiatan bertajuk “Sastra di Surakarta”, sebuah upaya merawat ruang dialog sastra di tengah dinamika literasi yang terus bergerak. Kegiatan ini berlangsung sepanjang akhir Oktober 2025 melalui berbagai format, baik luring maupun daring.
Rangkaian “Sastra di Surakarta” dibuka dengan kegiatan “Menggugat Lantak La” pada 26 Oktober 2025 di Lens Kopi, Karanganyar. Acara ini akan membedah buku Lantak La karya Beri Hanna, menyoroti keberanian estetika dan keberpihakan tema sosial yang hadir dalam karya tersebut.
Dilanjutkan dengan “Menerobos Bek” pada 28 Oktober 2025, diskusi yang membincang novel Bek karya Mahfud Ikhwan melalui kanal Ngglituk Podcast. Agenda ini diharapkan menjadi ruang perenungan tentang cara sastra memotret persoalan kelas dan perjuangan manusia dalam arus modernitas.
Pada 29 Oktober 2025, Surai Sastra akan merilis Audio Book berisi pembacaan lima karya sastra pilihan di kanal YouTube Surai Sastra. Inisiatif ini menjadi bentuk eksplorasi medium baru bagi sastra agar lebih mudah diakses lintas generasi dan lintas ruang.
Sebagai penutup, “Sastra di Surakarta” akan menghadirkan “Menumpang Kereta Semar Lembu” pada 31 Oktober 2025, membincangkan novel Kereta Semar Lembu karya Zaky Yamani di Ngglituk Podcast. Melalui karya tersebut, publik diajak menelusuri perjalanan batin dan sosial manusia Jawa dalam tafsir modern.
Menurut perwakilan Surai Sastra, kegiatan ini merupakan ikhtiar kecil untuk menjaga agar percakapan tentang sastra tetap hidup dan relevan.
“Kami ingin menghadirkan sastra sebagai ruang bertemu — antara pembaca, penulis, dan gagasan. Sastra di Surakarta bukan sekadar acara, melainkan perayaan kesadaran literasi yang tumbuh dari akar komunitas,” ujar salah satu panitia Surai Sastra.
Melalui empat agenda utama ini, “Sastra di Surakarta” menjadi bukti bahwa kota ini masih menyimpan denyut sastra yang hangat: berpijar dalam ruang budaya, bersuara di udara digital, dan bertumbuh melalui dialog lintas generasi.
Sumber: Ngglithuk Podcast




0 Komentar